www.rekamfakta.id – Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) berkomitmen untuk menjadikan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai pusat wisata kebugaran (wellness tourism) di tingkat nasional. Melalui kolaborasi antara akademisi, tenaga medis, dan pelaku olahraga, kota ini tidak hanya ingin dikenal sebagai kota pelajar, tetapi juga sebagai destinasi utama bagi wisata kebugaran yang berkualitas.
Usaha ini muncul dalam rangkaian acara webinar bertajuk “Penanganan Cedera pada Olahraga dan Diseminasi Ilmiah Magister Ilmu Biomedik dalam Pengembangan Wisata Kebugaran”. Kegiatan ini diadakan oleh Pusat Kedokteran Herbal UGM, Program Magister Ilmu Biomedik FK-KMK UGM, dan Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI) DIY. Webinar ini juga digelar untuk memperingati Hari Olahraga Nasional.
Prof. Denny Agustiningsih, yang menjabat sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter FK-KMK UGM, menyatakan pentingnya mendefinisikan wisata kebugaran lebih dari sekadar berolahraga saat berlibur. Menurutnya, aktivitas ini seharusnya didasarkan pada kesiapan tubuh yang menyeluruh, baik fisik maupun mental, dengan memperhatikan asupan gizi, hidrasi, dan kualitas tidur yang memadai.
Dia menekankan, “Edukasi mengenai kesiapan tubuh adalah langkah penting untuk mencegah cedera saat berolahraga.” Wacana ini menggarisbawahi bahwa pemahaman akan kesehatan dan kebugaran harus ditransfer kepada masyarakat secara komprehensif.
dr. Santosa Budiharjo, selaku Ketua PPKORI DIY, menyampaikan pendapatnya bahwa sektor wisata kebugaran menyimpan potensi ekonomi yang besar. Namun, pengelolaan yang serius dan regulasi yang sesuai sangat diperlukan agar potensi tersebut dapat dioptimalkan.
Sejalan dengan hal tersebut, Dr. dr. Sudadi, Wakil Dekan Bidang Kerja Sama, Alumni, dan Pengabdian kepada Masyarakat FK-KMK UGM, menegaskan bahwa UGM siap memberikan dukungan untuk pengembangan wisata kesehatan. Hal ini sejalan dengan Rencana Strategis Academic Health System (AHS) FK-KMK UGM untuk periode 2025–2029.
“Dalam webinar ini, kami juga telah merumuskan sejumlah rekomendasi praktis. Misalnya, pengelola wisata harus menyediakan informasi mengenai syarat kebugaran dan pilihan aktivitas, serta memastikan ketersediaan air minum yang cukup,” ujarnya.
Pentingnya Edukasi Dalam Mencegah Cedera Olahraga
Melalui webinar tersebut, Dr. dr. Yudha Mathan Sakti dari Departemen Bedah FK-KMK UGM membahas fenomena yang dikenal sebagai “weekend warrior”. Ini merujuk kepada individu yang berolahraga secara intensif di akhir pekan tanpa persiapan yang memadai, yang membuat mereka rentan terhadap cedera. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius dari para pelaku olahraga dan pengelola program kebugaran.
“Cedera dapat dihindari melalui edukasi, persiapan yang baik, dan manajemen rehabilitasi yang efektif. Ini sangat vital dalam konteks wisata kebugaran,” ungkap Yudha. Penyuluhan tentang cara berolahraga dengan aman menjadi sangat penting bagi semua pihak terkait.
Di sisi lain, Dr. Mirza Hapsari Sakti Titis P. dari Indonesia Sport Nutritionist Association menyampaikan bahwa pola makan yang tepat dan suplementasi yang sesuai adalah faktor kunci. Nutrisi yang baik tidak hanya membantu dalam meningkatkan performa, tetapi juga penting untuk mencegah cedera berulang di kalangan atlet dan pengunjung yang ingin berolahraga.
Dr. Arko Jatmiko Wicaksono dari Departemen Farmakologi dan Terapi FK-KMK UGM menambahkan bahwa pemilihan obat yang aman harus menjadi prioritas, terutama bagi atlet profesional. Obat-obatan yang sesuai dengan regulasi yang ditetapkan oleh lembaga seperti WADA dan IADO kian penting untuk menjaga kesehatan dan kinerja para atlet.
Pengembangan Destinasi Wisata Kebugaran di Yogyakarta
Pemerintah setempat dan berbagai pemangku kepentingan diagendakan untuk bekerja sama guna mengembangkan Yogyakarta sebagai destinasi wisata kebugaran yang menarik. Hal ini mencakup pembuatan program-program yang menawarkan berbagai jenis olahraga dan aktivitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.
Wacana ini juga mencakup pengenalan budaya lokal dan tradisi yang dapat mengintegrasikan pengalaman berolahraga dan relaksasi. Misalnya, kegiatan yoga di malan hari yang menggabungkan seni pertunjukan dengan meditasi, menciptakan suasana yang holistik dan menyehatkan.
Dalam proses pengembangan ini, pertimbangan terhadap dampak lingkungan dan keberlanjutan menjadi fokus utama. Wisata kesehatan yang baik tidak hanya memperhatikan kesehatan individu tetapi juga melestarikan lingkungan di mana mereka berada.
Program-program pelatihan untuk pemandu wisata kebugaran juga akan diperkenalkan, agar mereka dapat memberikan informasi yang berguna dan akurat kepada wisatawan. Pendidikan yang baik tentang kesehatan dan kebugaran harus tersedia bagi mereka yang berpartisipasi dalam aktivitas ini.
Kerjasama Antara Akademisi dan Praktisi Dalam Olahraga
Kolaborasi antara akademisi dan praktisi di bidang olahraga sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran kesehatan masyarakat. Kegiatan seperti seminar, lokakarya, dan pelatihan harus sering dilakukan untuk memberikan edukasi dan informasi terbaru tentang olahraga dan kebugaran.
Dari perspektif akademis, diperlukan penelitian yang lebih mendalam untuk memahami berbagai aspek kebugaran dan kesehatan. Penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan program-program olahraga yang lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Melibatkan mahasiswa kedokteran dalam program pengabdian masyarakat juga menjadi langkah positif, karena mereka dapat mengaplikasikan ilmu yang mereka pelajari sekaligus memberikan kontribusi bagi masyarakat. Hal ini turut membentuk karakter calon dokter yang peduli terhadap kesehatan masyarakat.
Secara keseluruhan, pengembangan wisata kebugaran di Yogyakarta merupakan peluang yang tidak hanya akan mendatangkan manfaat ekonomis, tetapi juga akan meningkatkan kualitas hidup masyarakatnya. Dengan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait, cita-cita ini bisa segera terwujud.
