www.rekamfakta.id – Komisi D DPRD DIY pada Kamis, 10 Juli 2025, melaksanakan kunjungan penting ke Situs Masjid Kauman Pleret di Kabupaten Bantul dengan misi transformasi. Mereka tidak hanya ingin mengamati, tetapi juga berkomitmen untuk mengubah situs bersejarah ini menjadi pusat wisata budaya yang mendukung perekonomian lokal.
Ketua Komisi D DPRD DIY, R.B. Dwi Wahyu, menegaskan pentingnya memperkenalkan situs ini bukan hanya sebagai peninggalan sejarah. Dia berharap situs-situs tersebut dapat berfungsi sebagai sarana pemberdayaan ekonomi yang menguntungkan masyarakat di sekitarnya.
“Upaya ini harus berlandaskan konsep wisata berbasis budaya,” serunya, menyoroti pentingnya pemanfaatan Dana Keistimewaan di bawah Dinas Kebudayaan. Dengan ini, pengembangan dan pengelolaan situs bersejarah seperti Masjid Pleret diharapkan menjangkau lebih dari sekadar fungsi edukasi, sehingga memberikan dampak positif yang nyata untuk warga sekitar.
Visi ini mencakup lebih dari sekadar ekskavasi dan konservasi. Dwi Wahyu menggambarkan pentingnya menambahkan narasi sejarah yang mendalam dan manajemen yang profesional untuk menarik beragam wisatawan, mulai dari pelajar hingga peneliti internasional.
“Banyak situs di DIY yang layak untuk diteliti lebih lanjut. Kami memerlukan dukungan anggaran yang solid. Semoga Danais dapat kembali ke angka Rp1,432 triliun agar pengembangan lebih lanjut dapat dilakukan,” imbuhnya.
Wakil Ketua Komisi D, Anton Prabu Semendawai, juga menyampaikan harapannya mengenai pengembangan narasi sejarah yang erat dan mendidik. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan daya tarik wisata yang ada di situs-situs tersebut.
Dia juga menyarankan agar pengembangan kawasan dilakukan dengan memperhatikan kearifan lokal serta potensi wisata religius yang ada. Menurutnya, banyak orang yang belum paham mengenai sejarah Masjid Pleret yang didirikan pada masa Amangkurat I.
“Setelah peristiwa Trunojoyo, rumah-rumah pangeran terbakar, tetapi masjid ini tetap berdiri,” jelas Anton, menekankan keunikan situs tersebut.
Dia menambahkan bahwa penemuan keris dan batu bata yang dulunya digunakan untuk membangun pabrik gula semakin memperkuat nilai sejarah lokasi ini. Panjangnya sejarah Mataram Islam, dari Kerto hingga Pleret, seharusnya dapat dioptimalkan sebagai daya tarik untuk memperpanjang masa tinggal wisatawan.
“Jika narasi sejarahnya dibangun dengan baik, Masjid Pleret dapat menjadi miniatur Keraton Pleret,” katanya. Konsep menawarkan guest house warga, wisata religius, atau pesantren dari sisi pengembangan tempat ini sangat mungkin terlaksana.
Sekaligus, Danais diharapkan mampu mendukung inisiatif ini dengan landasan hukum yang jelas berdasarkan UU No. 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY.
Pentingnya Ekskavasi dan Konservasi Situs Bersejarah
Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Agung Herianto, menjelaskan bahwa ekskavasi di Masjid Pleret telah dimulai sejak awal 2000-an. Namun, saat ini rekonstruksi terbatas karena minimnya data arsitektur yang dapat diakses.
Beberapa bagian bangunan mungkin masih bisa direkonstruksi, terutama salah satunya di area pagar sebelah hutan. Namun, sebagian besar reruntuhan sebelumnya sudah digunakan untuk pembangunan pabrik gula, sehingga data arsitekturnya sangat minim.
“Oleh karena itu, narasi sejarah menjadi krusial untuk menghidupkan kembali nilai-nilai tradisional dan sejarah yang ada di situs ini,” ujar Agung, menyoroti pentingnya konteks sejarah bagi pelajar dan generasi mendatang.
Dengan bentuk bangunan yang tidak utuh, pengembangan narasi sejarah akan membantu memperkaya pengalaman dan pengetahuan pengunjung. Dia percaya bahwa pemakaian narasi yang kuat dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pembelajaran sejarah.
Tidak hanya untuk wisatawan, namun juga menjadi bahan edukasi yang bermanfaat bagi pelajar yang ingin memahami lebih dalam tentang kultur dan sejarah yang melekat pada tempat tersebut.
Strategi Meningkatkan Daya Tarik Wisatawan ke Situs
Strategi untuk meningkatkan daya tarik wisatawan ke Masjid Pleret harus melibatkan berbagai aspek. Gagasan untuk mengembangkan kawasan berbasis kearifan lokal sangat relevan dalam konteks ini.
Ada banyak pendekatan yang dapat dilakukan, seperti pengembangan program wisata educatif yang memadukan budaya dengan kegiatan yang menarik. Ini membuka kemungkinan untuk menjadikan Masjid Pleret sebagai tujuan wisata yang tidak hanya informatif, tetapi juga menghibur.
Koordinasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku industri pariwisata menjadi sangat penting. Di sinilah peran serta masyarakat lokal menjadi kunci sukses dalam penyampaian informasi mengenai sites tersebut.
Pendidikan sejarah yang terintegrasi dengan program wisata dapat menciptakan sinergi yang kuat. Memanfaatkan teknologi dan media sosial untuk menyebarluaskan informasi mengenai situs sejarah menjadi langkah efektif dalam menarik perhatian lebih banyak pengunjung.
Secara keseluruhan, upaya revitalisasi dan pengembangan situs Masjid Pleret tidak hanya akan memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memperkokoh identitas budaya masyarakat. Melalui kolaborasi, diharapkan cita-cita tersebut dapat terealisasi dan menjadikan Masjid Pleret sebagai ikon wisata budaya yang berdaya saing di DIY.