• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Sabtu, 5 Juli 2025
  • Login
No Result
View All Result
Rekamfakta.id
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif
No Result
View All Result
Rekamfakta.id
No Result
View All Result

Rumah Subsidi 18 Meter Persegi: Apakah Ini Solusi atau Masalah Baru? Pendapat Pakar UGM

Rumah Subsidi 18 Meter Persegi: Apakah Ini Solusi atau Masalah Baru? Pendapat Pakar UGM

BacaJuga

Drama Lempuyangan Mbak Mita Tantang Bukti Hukum KAI

Drama Lempuyangan Mbak Mita Tantang Bukti Hukum KAI

Mengenang Warisan Inklusif Legenda Yogyakarta di Jagad’e Raminten

Mengenang Warisan Inklusif Legenda Yogyakarta di Jagad’e Raminten

www.rekamfakta.id – Rencana pemerintah untuk membangun rumah bersubsidi dengan ukuran 18 meter persegi memicu banyak perdebatan di masyarakat. Banyak yang bertanya, apakah ukuran ini memberikan solusi hunian yang layak atau malah menimbulkan masalah di kemudian hari.

Dalam mengatasi masalah ini, pakar arsitektur dari Universitas Gadjah Mada, Ir. Ikaputra, memberikan pendapat yang menarik. Ia menjelaskan bahwa meskipun ukuran tersebut dapat diterima, ada syarat penting yang harus dipenuhi agar hunian ini tidak hanya menjadi solusi temporer.

“Rumah seluas 18 meter persegi merupakan standar minimum internasional untuk hunian darurat. Namun, sangat penting untuk mempertimbangkan konteks pemakaian jangka panjangnya,” tegas Ikaputra saat diwawancarai. “Jika memang akan digunakan untuk waktu yang lama, perencanaan perkembangannya harus jelas dan terencana dengan baik.”

Ikaputra menekankan bahwa hunian seluas 18 meter persegi biasanya diperuntukkan bagi mereka yang berada dalam keadaan darurat. Namun, jika konsep ini diterapkan untuk perumahan permanen, banyak hal yang harus dipertimbangkan sebelum pelaksanaannya.

Menurutnya, keberhasilan model rumah mini ini bergantung pada desain rumah tumbuh yang dapat diupgrade sejalan dengan kemampuan finansial pemilik. Namun, ia mengkritik penyediaan lahan yang sering kali tidak memadai. Dengan lahan 25 meter persegi, hanya tersisa 7 meter persegi untuk pengembangan, dan ini jelas bukan kondisi yang ideal.

“Permasalahannya bukan terletak pada rumah 18 meter persegi itu sendiri, melainkan pada lahan yang terlalu kecil,” ujarnya dengan nada khawatir. “Lahan seharusnya cukup besar untuk memungkinkan perkembangan hingga dua kali lipat dari bangunan awal serta menyediakan ruang terbuka hijau.”

Ikaputra merekomendasikan luas lahan minimum sekitar 50 meter persegi. Ukuran ini dianggap ideal untuk memungkinkan pertumbuhan bangunan, penambahan ruangan sejalan dengan kebutuhan keluarga, serta keberadaan elemen penting seperti pohon dan sistem drainase yang baik. Jika tidak diperhatikan, ia memperingatkan bahwa mereka berisiko hidup dalam kawasan yang padat dan kumuh.

Selain menciptakan rumah tumbuh horizontal, Ikaputra juga mengemukakan alternatif lain, yaitu pembangunan rumah susun sewa (rusunawa). Ia berpandangan bahwa ini adalah solusi yang tepat, terutama di kawasan perkotaan di mana lahan sangat terbatas dan harga tanah semakin tinggi. Dengan akses transportasi publik yang terjangkau, rusunawa dapat menjadi pilihan efisien.

“Pembangunan rumah susun di pinggiran kota dengan harga tanah lebih murah harus diiringi dengan adanya akses yang mudah ke lokasi pekerjaan, seperti halte transportasi publik,” jelasnya. Ia menyoroti pentingnya mempermudah mobilitas penghuni untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Selanjutnya, Ikaputra menekankan pentingnya perencanaan pertumbuhan rumah dari awal. Ini bukan hanya berkaitan dengan kekuatan struktur bangunan terhadap gempa, tetapi juga harus memperhatikan penataan ruang yang mendukung kehidupan yang berkelanjutan bagi keluarga.

Ia pun menceritakan pengalaman UGM dalam membangun rumah pascabencana di Yogyakarta, yang menunjukkan bahwa design arsitektur dan struktur yang baik dapat berhasil jika direncanakan dengan matang sejak awal. Keberhasilan itu menuntut perencanaan yang terintegrasi dengan kebutuhan kehidupan sehari-hari.

“Sebuah rumah tidak hanya soal ukuran, tapi juga harus berfungsi secara maksimal untuk kehidupan yang layak,” katanya. “Perencanaan yang matang menjadi aspek krusial untuk memastikan niat baik pemerintah dalam menyediakan hunian tidak berujung pada masalah baru di masa depan.”

Polemik mengenai rumah subsidi 18 meter persegi mencerminkan perlunya pertimbangan yang lebih mendalam. Banyak aspek yang perlu dievaluasi, baik dari segi aspek finansial maupun kualitas hidup yang bisa diberikannya kepada para penghuni di masa yang akan datang.

Urgensi perencanaan hunian yang berkelanjutan bagi masyarakat

Rencana dari pemerintah ini seharusnya diiringi dengan kajian yang mendalam. Kaum akademisi dan pengamat perlu terlibat untuk memberikan masukan yang berharga agar hunian tersebut dapat benar-benar mengatasi masalah perumahan di Indonesia.

Pemikiran kritis harus diaplikasikan agar itu tidak hanya menjadi aturan yang diharapkan menjadi solusi jangka pendek. Rencana ini juga harus berorientasi pada keberlanjutan dan pengembangan jangka panjang bagi masyarakat yang membutuhkan hunian.

Sistem penyediaan hunian yang baik membutuhkan perspektif yang tidak hanya melihat dari sisi jumlah, tetapi juga kualitas hidup pemukim. Hal ini menjadi penting, mengingat kenyamanan dan kesehatan penghuni sangat bergantung pada desain dan perencanaan yang diterapkan.

Tak bisa dipungkiri, rumah yang dibangun harus bisa menjadi tempat bertumbuh. Keberadaan lahan yang cukup serta desain rumah yang memungkinkan untuk dikembangkan secara bertahap adalah kunci untuk mencapai tujuan tersebut.

Memang, dalam pembangunan hunian, perlu ada kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Komunikasi yang baik dapat menjadi jembatan untuk menciptakan hunian yang tidak hanya memenuhi syarat, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup sebagai imprinsip dasar.

Membangun kesadaran akan pentingnya perumahan yang berkualitas

Kesadaran masyarakat akan pentingnya perumahan yang berkualitas harus dibangun bersama. Pemerintah harus berperan aktif dalam mengedukasi masyarakat mengenai keuntungan dari hunian yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.

Melalui program-program pendidikan dan sosialisasi, masyarakat diharapkan bisa lebih memahami nilai dari hunian berkualitas. Di sana, mereka bisa mengapresiasi pentingnya investasi di sektor perumahan yang tidak hanya dilihat dari harga, tetapi juga kesejahteraan yang akan diperoleh.

Selain itu, melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan perumahan akan menciptakan rasa memiliki terhadap hunian mereka. Semakin mereka merasa terlibat, semakin besar kemungkinan mereka akan merawat dan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang nyaman.

Oleh karena itu, upaya menciptakan hunian yang berkualitas tidak bisa menjadi tanggung jawab sepihak. Semua pihak, mulai dari pemerintah, pengembang, hingga masyarakat, harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan layak huni.

Membangun kesadaran akan pentingnya hunian yang terencana dan berkelanjutan adalah langkah awal yang penting. Melalui langkah ini, diharapkan kita bisa menghindari masalah yang lebih besar di masa depan, serta memastikan setiap warga negara memiliki hak atas hunian yang layak, aman, dan nyaman.

Kesimpulan: Mewujudkan hunian yang aman dan nyaman bagi semua

Dalam rangka mewujudkan hunian yang aman dan nyaman, perlunya pemikiran kritis dan matang sangatlah jelas. Tema ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan perumahan agar tidak terjadi mispersepsi mengenai ukuran rumah yang bisa mendatangkan berbagai masalah.

Melalui kolaborasi yang baik, kita dapat menciptakan solusi hunian yang tidak hanya efisien dari segi biaya, tetapi juga memenuhi kualifikasi layak huni. Dengan demikian, diharapkan ruang hidup yang baik bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di masa depan.

Setiap keinginan untuk memiliki rumah harus disertai dengan tanggung jawab yang besar. Perlunya perencanaan matang dan sikap proaktif dalam mempertimbangkan dampak sosial serta lingkungan menjadi sangat penting. Dengan langkah yang tepat, diharapkan kita dapat menciptakan hunian yang nyaman untuk generasi mendatang.

Polemik sekitar rumah subsidi dengan ukuran kecil ini adalah panggilan untuk kita semua. Mari bersama-sama merumuskan kebijakan perumahan yang merangkul kebutuhan semua pihak dan memastikan kualitas hidup yang lebih baik bagi komunitas kita.

Previous Post

Jalan Terjal Pengabdian, 880 Calon Bintara Berjuang di Pantukhir Kodam Udayana

Rekomendasi

Hari Laut Sedunia, Momentum Refleksi Indonesia Sebagai Bangsa Maritim

Hari Laut Sedunia, Momentum Refleksi Indonesia Sebagai Bangsa Maritim

Perkuat PKB 2025 dengan Inovasi Jaringan dan Layanan Digital Unggulan

Perkuat PKB 2025 dengan Inovasi Jaringan dan Layanan Digital Unggulan

DPRD DIY Desak Pemda Terapkan Larangan Plastik dan Teba Modern Terinspirasi Bali

DPRD DIY Desak Pemda Terapkan Larangan Plastik dan Teba Modern Terinspirasi Bali

Lima Tahun Menginspirasi, SheHacks Menjadi Gerakan Nasional Pemberdayaan Perempuan Digital

Lima Tahun Menginspirasi, SheHacks Menjadi Gerakan Nasional Pemberdayaan Perempuan Digital

Bantuan Pangan Beras Juni-Juli Rp4,9 Triliun untuk 18,3 Juta KPM

Bantuan Pangan Beras Juni-Juli Rp4,9 Triliun untuk 18,3 Juta KPM

Tai Chi Sebagai Kunci Kesehatan Prajurit untuk Menyeimbangkan Raga dan Jiwa

Tai Chi Sebagai Kunci Kesehatan Prajurit untuk Menyeimbangkan Raga dan Jiwa

Sambut Tahun Ajaran Baru dengan Kendaraan Impian di Pameran Virtual

Sambut Tahun Ajaran Baru dengan Kendaraan Impian di Pameran Virtual

Sidebar

Kategori

  • Baliraya
  • Iptek
  • Nasional
  • Otomotif
  • Regional
Rekamfakta.id

© 2025 rekamfakta.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif

© 2025 rekamfakta.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In