www.rekamfakta.id – Denpasar – Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Bali baru saja menyelenggarakan sebuah Pertemuan Koordinasi AIDS di Tempat Kerja (ATK) pada tanggal 15 September 2025. Pertemuan ini bertujuan untuk memperkuat upaya pencegahan HIV/AIDS serta menangani diskriminasi yang dialami para pekerja di lingkungan kerja.
Acara ini dihadiri oleh sekitar 30 perwakilan dari berbagai instansi, perusahaan, dan lembaga terkait, sehingga menjadi momentum penting bagi kolaborasi lintas sektor. Bertempat di Sekretariat KPA Provinsi Bali, pertukaran ide dan pengalaman menjadi sorotan utama dalam upaya mengedukasi masyarakat.
Perkuat Komitmen di Dunia Kerja
Pertemuan tersebut dipandu oleh Drs. Yahya Anshori, M.Si., selaku Pengelola Program KPA Provinsi Bali, dan dibuka oleh Kepala Sekretariat KPA, AA Ngurah Patria Nugraha, S.Sos., M.AP. Yahya menekankan pentingnya dialog dan kolaborasi untuk mengatasi permasalahan HIV/AIDS yang mengancam produktivitas tenaga kerja.
Dia menyebutkan bahwa upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di dunia kerja sangatlah penting untuk menjaga kualitas sumber daya manusia. “Kegiatan seperti ini membantu mencegah penurunan produktivitas yang dapat diakibatkan oleh masalah kesehatan,” jelasnya.
Komitmen Pemerintah dalam Penanggulangan HIV/AIDS
Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam menanggulangi HIV/AIDS di tempat kerja melalui sejumlah regulasi yang sudah ada. Salah satunya adalah Permenaker No. 13 Tahun 2022 dan Kepmenakertrans No. 68 Tahun 2004 yang secara spesifik mengatur pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS.
Regulasi ini mewajibkan setiap perusahaan untuk secara aktif melakukan edukasi tentang HIV/AIDS serta untuk memberikan perlindungan yang memadai bagi pekerja yang terdiagnosis. Hal ini menjadi langkah penting dalam mengurangi stigma terhadap mereka yang hidup dengan HIV.
Urgensi Penanganan bagi Usia Produktif
Data dari KPA Provinsi Bali menunjukkan memang ada peningkatan jumlah kasus HIV/AIDS yang signifikan, dengan total 32.733 kasus hingga Mei 2025. Dari total tersebut, sekitar 87% ditemui pada kelompok usia produktif, yaitu antara 20 hingga 49 tahun.
Yahya menjelaskan bahwa data ini menunjukkan bahwa kelompok yang paling banyak terdampak adalah mereka yang berada pada puncak produktivitas. Hal ini, menurutnya, memerlukan perhatian khusus dari semua pihak untuk memberikan dukungan bagi mereka.
Sinergi Lintas Sektor dalam Penanganan Masalah Kesehatan
Dalam konteks ini, pentingnya kerja sama antar sektor tidak dapat diabaikan. KPA, Dinas Kesehatan, Dinas Ketenagakerjaan, serta sektor swasta harus bersinergi untuk memastikan bahwa setiap pekerja, tanpa memandang status kesehatan, tetap mendapatkan hak-haknya.
Kehadiran berbagai instansi dan lembaga dalam pertemuan ini diharapkan dapat menjadi langkah awal yang baik dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan bebas diskriminasi. “Kami berharap semua pihak dapat saling mendukung dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS,” sambungnya.
Mendorong Kesadaran dan Edukasi di Lingkungan Kerja
Pertemuan ini juga menggarisbawahi pentingnya edukasi yang tepat tentang HIV/AIDS di tempat kerja. Dengan meningkatnya kesadaran akan bahaya dan cara penularan, pengurangan stigma akan semakin cepat tercapai.
Pihak-pihak terkait diharapkan dapat mengimplementasikan program-program edukasi yang menjangkau seluruh karyawan, sehingga pengetahuan dan informasi yang benar tentang HIV dapat disebarluaskan. Hal ini juga mencakup penyediaan layanan kesehatan yang ramah bagi pekerja.
Keterlibatan Media dalam Penyampaian Informasi
Selain perwakilan dari instansi pemerintah dan perusahaan, hadir juga sejumlah jurnalis yang peduli terhadap isu AIDS. Keterlibatan media menjadi kunci dalam menyebarluaskan informasi yang akurat kepada masyarakat.
Media dapat berperan penting dalam mengedukasi publik dan menghilangkan stigma seputar HIV/AIDS, sehingga informasi yang diterima masyarakat menjadi lebih berimbang dan tidak menyesatkan. Dengan demikian, diharapkan bisa tercipta masyarakat yang lebih paham dan peduli terhadap isu ini.
Dengan mobilisasi semua pihak untuk menghadiri pertemuan ini, diharapkan menjadi awal dari langkah-langkah konkret dalam pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS di Bali. Ini merupakan tantangan besar, namun dengan kerja sama dan komitmen, pencapaian tujuan ini menjadi mungkin.