www.rekamfakta.id – Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. Sofian Effendi, baru-baru ini menarik kembali pernyataannya terkait status akademik Presiden Joko Widodo yang telah mengejutkan publik. Permohonan maaf ini diperlukan setelah pernyataan yang dia buat menjadi viral dan memunculkan banyak reaksi di masyarakat.
Permohonan maaf tersebut disampaikan pada tanggal 17 Juli 2025, sehari setelah tayangnya video klarifikasi di platform media sosial. Dalam video yang berjudul “Mantan Rektor UGM Buka-bukaan!”, Prof. Sofian menunjukkan keraguan terhadap keabsahan ijazah Presiden Jokowi dari Fakultas Kehutanan UGM.
Ia mengungkapkan ketidaknyamanannya terhadap bagaimana pernyataan tersebut bisa menjadi sorotan publik. “Saya tidak menyangka bahwa perbincangan informal saya melalui Zoom akan tersebar luas,” ujar Prof. Sofian dari kediamannya, mengekspresikan penyesalan atas situasi yang terjadi.
Sofian juga meminta agar video wawancara tersebut segera ditarik dari peredaran. Dia menegaskan, “Saya ingin semua pernyataan saya dalam video itu ditarik karena itu adalah kesalahan komunikasi.”
Pernyataan Prof. Sofian sebelumnya mencuat dari diskusi internal yang mengangkat berbagai isu seputar akademik dan status alumni. Dia kini berpegang pada pernyataan resmi Rektor UGM yang menegaskan bahwa Jokowi adalah alumni sah dari universitas tersebut.
“Rektor UGM menyatakan bahwa semua mahasiswa yang lulus telah memenuhi syarat akademik. Hal ini penting untuk diingat oleh masyarakat,” tegasnya. Ini menandakan bahwa Sofian ingin mengembalikan kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan tinggi.
Ia menyadari bahwa informasi yang memicu keraguan tersebut berasal dari diskusi internal dan tak terverifikasi. Propagasi informasi yang salah bisa menimbulkan dampak negatif bagi semua pihak.
Klarifikasi ini timbul sebagai respon terhadap kritik yang datang dari berbagai kelompok, terutama dari pendukung Jokowi. Sofian mengaku menerima ancaman akan dilaporkan secara hukum jika pernyataannya tidak dicabut.
Ada surat dari kelompok pendukung Jokowi yang mengisyaratkan akan mengambil langkah hukum terkait pernyataannya. “Saya tidak ingin memperpanjang masalah ini, saya ingin menyelesaikannya dengan cara baik,” ujarnya dengan harapan agar situasi ini tidak berujung pada polemik berkepanjangan.
Pentingnya Menghindari Miscommunication di Masa Depan
Dalam situasi ini, Prof. Sofian menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang jelas, terutama di lingkungan akademik. Banyak situasi serupa di masa lalu yang diawali dari kesalahpahaman yang dapat dihindari jika informasi disampaikan dengan tepat.
Saya ingin menekankan kembali bahwa diskusi informal seharusnya tidak disalahartikan. Jika ada pertanyaan, sebaiknya langsung ditanyakan dengan tegas agar tidak ada kesan yang berbeda,” ujarnya. Ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak yang terlibat dalam dunia akademia.
Prof. Sofian berharap agar di masa depan, institusi pendidikan seperti UGM dapat terus menjaga integritasnya. Upaya untuk menjaga reputasi kampus sangat penting demi keberlanjutan pembelajaran dan kepercayaan masyarakat.
Dalam dunia yang serba cepat dan terhubung, informasi dapat menyebar dengan cepat, sehingga mengharuskan semua pihak untuk lebih berhati-hati. “Kita harus lebih cermat dalam setiap ucapan yang disampaikan, terutama di hadapan publik,” tegasnya.
Implikasi Terhadap Citra Universitas Gadjah Mada
Polemik yang terjadi memberikan dampak signifikan terhadap citra UGM di mata publik. Seluruh kepemimpinan universitas kini dituntut untuk menunjukkan komitmen dan keberpihakan terhadap kejelasan akademik.
Perlu ada ikatan yang kuat antara alumni dan institusi untuk membangun kepercayaan dari masyarakat. “Kami dari pihak universitas akan berusaha sebaik mungkin untuk menjaga reputasi dan tidak akan membiarkan situasi serupa terulang,” tambahnya.
Keberadaan informasi yang akurat dan jelas menjadi kunci dalam membentuk persepsi publik. Mengedukasi para alumni dan masyarakat tentang keabsahan informasi sangat diperlukan agar kesalahpahaman seperti ini tidak terjadi lagi di masa mendatang.
Penting untuk membangun mekanisme komunikasi yang solid, baik di dalam kampus maupun dengan media. Dengan begitu, semua potensi masalah yang muncul dapat diminimalisir dan diselesaikan dengan cara yang elegan.
Menjaga Hubungan dan Menyelesaikan Perbedaan Secara Dewasa
Klarifikasi dari Prof. Sofian juga merupakan sebuah langkah untuk memperbaiki dan melestarikan hubungan antar alumni serta institusi. “Kami tidak ingin ada perpecahan antara alumni, terutama di saat-saat seperti ini,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya menyelesaikan konflik dengan cara yang dewasa dan bijaksana. “Hanya dengan cara ini, hubungan yang telah dibangun selama bertahun-tahun bisa terus berlanjut,” tambahnya.
Sebagai mantan rektor, Sofian memiliki tanggung jawab moral untuk tidak hanya membangun reputasi pribadi, tetapi juga untuk institusi yang pernah dipimpinnya. Ini menjadi bagian dari warisan bagi generasi mendatang untuk melihat nilai-nilai integritas dan kejujuran dalam berkomunikasi.
Melalui proses ini, ia berharap akan lahir kesadaran baru di kalangan alumni dan pihak kampus untuk tidak mudah menyebarkan informasi yang belum tentu benar. “Kita semua memiliki peran dalam menjaga nama baik lembaga pendidikan,” tutupnya dengan penuh harapan.