www.rekamfakta.id – Probolinggo memiliki kekayaan budaya dan spiritual yang mendalam, yang tercermin dalam berbagai kegiatan keagamaan yang diadakan di wilayah ini. Salah satu acara yang paling ditunggu adalah “Ngaji Karya Muassis”, sebuah acara yang tidak hanya sekadar pengkajian, tetapi juga penghayatan terhadap warisan spiritual yang ditinggalkan oleh KH. Zaini Mun’im.
Pada malam gelaran tersebut, Aula I Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton dipenuhi dengan aroma kerinduan kepada sosok KH. Zaini yang sangat dihormati. Sekitar 200 pengurus dan wali asuh berkumpul dengan semangat untuk mendalami makna tersirat dari karya-karya beliau, terutama qasidah “Tawassul”.
Qasidah tersebut menjadi pusat perhatian, karena isinya menggambarkan kerendahan hati dan ketulusan KH. Zaini dalam memohon perlindungan kepada Allah. Ia berdoa agar dilindungi dari kaumnya yang zalim dan pemusuhan, sebuah pernyataan yang sangat kuat dan relevan hingga saat ini.
Pentingnya Kajian Spiritual di Tengah Tantangan Zaman
Kajian spiritual seperti ini sangat penting, terutama di tengah tantangan dunia modern yang sering kali menjauhkan kita dari nilai-nilai keagamaan. Melalui acara seperti ini, para pengurus dan wali asuh diingatkan kembali akan esensi dari hidup yang penuh ketulusan dan keikhlasan dalam beribadah.
KH. Zuhri Zaini, dalam penjelasannya, menggambarkan bahwa tawassul bukanlah sebuah praktik yang melakukan pengkultusan terhadap perantara. Namun, lebih merupakan cara untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui perantara-Nya, yaitu para nabi dan orang saleh. Ini menunjukkan humility dari manusia di hadapan Allah yang Maha Kuasa.
Acara ini menawarkan kesempatan bagi para peserta untuk merenungkan kembali makna tawassul dan bagaimana amalan tersebut bisa membawa pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penekanan pada nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari diharapkan dapat membangun mentalitas yang lebih baik bagi generasi muda.
Pentingnya Keistiqamahan dalam Amal Perbuatan
Salah satu pesan penting yang disampaikan KH. Zuhri adalah mengenai keistiqamahan dalam amal. Ia menyebut bahwa keistiqamahan merupakan tanda kewalian sejati. Ditegaskan bahwa bukan keajaiban yang menjadi tolak ukur, melainkan kekuatan hati dalam menjalankan ketaatan kepada Allah.
Sebuah hadis berbunyi: “Ala inna auliyaa Allahi laa khaufun ‘alaihim walaa hum yahzanuun” menjadi penegasan akan kenyataan bahwa wali-wali Allah tidak akan merasa takut dan sedih. Hal ini memberikan harapan dan motivasi bagi setiap individu untuk terus berpegang pada keimanan, meskipun dihadapkan pada berbagai cobaan.
Dengan mempertegas makna dari keistiqamahan ini, KH. Zuhri ingin agar semua yang hadir di acara tersebut dapat membawa pulang pelajaran berharga. Diharapkan, keistiqamahan ini akan membawa berkah dan menjadi teladan bagi orang-orang di sekitar mereka, termasuk santri yang berada di pondok pesantren.
Warisan Keilmuan dan Keteladanan KH. Zaini Mun’im
KH. Zaini Mun’im bukan hanya seorang penggubah qasidah, tetapi juga dikenal sebagai penulis sejumlah kitab penting yang menjadi panduan bagi para santri. Di antara karya-karya beliau yang terkenal adalah “Safinatun Najah” dan “Ghayatul Ushul”, yang menyajikan pengetahuan agama dengan cara yang lebih mudah dipahami.
Melalui buku-buku ini, KH. Zaini berusaha untuk mempermudah pemahaman ilmu agama di kalangan generasi muda, terutama para santri yang sedang mencari jati diri mereka. Kesederhanaan dan kedalaman pemikiran beliau menjadi inspirasi bagi banyak orang dalam menekuni agama.
Warisan yang telah ditinggalkan oleh KH. Zaini masih terus hidup dan diwariskan hingga kini melalui kegiatan-kegiatan spiritual yang digelar di pesantren. Ini adalah usaha untuk memastikan bahwa nilai-nilai yang diajarkan tetap relevan dan dapat dinikmati oleh generasi masa depan.
KH. Zuhri Zaini menggarisbawahi pentingnya melestarikan warisan tersebut dengan cara yang kreatif, seperti melalui ngaji karya semacam ini. Diharapkan, kegiatan ini tidak hanya menjadi forum pengkajian, tetapi juga sebagai sarana untuk menumbuhkan rasa keikhlasan dan semangat perjuangan dalam hati setiap individu yang hadir.
Dengan semangat saling belajar dan mengaji, prosesi ini diharapkan dapat memperkuat spiritualitas kelompok dan mengajak setiap orang untuk lebih mendalaminya. Acara “Ngaji Karya Muassis” seperti ini akan terus diadakan sebagai upaya untuk menjaga dan menghormati warisan yang telah ditinggalkan oleh para pendahulu.