www.rekamfakta.id – Tabanan kembali dipenuhi semangat kemeriahan dengan dibukanya Bantiran Festival ke-2 (Banfest) yang dihelat di Bale Banjar Dinas Tejabukit, Desa Bantiran, Pupuan. Acara yang berlangsung pada Jumat (4/7) ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga menjadi panggung untuk melestarikan warisan budaya lokal serta merayakan Hari Jadi Desa Bantiran yang berdampak signifikan.
Kehadiran Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, menambah suasana festival yang penuh energi. Dalam sambutannya, Bupati tidak hanya memberikan dukungan, tetapi juga memberikan penghargaan atas upaya luar biasa dari masyarakat Bantiran dalam menjaga tradisi dan budaya mereka.
Bupati Sanjaya dalam pidatonya menyoroti pentingnya sejarah dan budaya Desa Bantiran. Ia menekankan potensi luar biasa Kecamatan Pupuan dengan hamparan kebun kopi dan sawah terasering yang dapat menjadi daya tarik wisata yang menguntungkan.
Festival ini mengusung tema “Kumara Guna” yang berarti Anak yang Berguna, menekankan harapan akan generasi muda yang dapat berkontribusi lebih bagi lingkungan. Inisiatif ini memberikan makna mendalam bahwa pembangunan harus melibatkan semua lapisan masyarakat.
Ketua Panitia, Agus Putu Eka Nanda, menerangkan bahwa Banfest adalah wadah kolaborasi kreatif bagi setiap elemen di masyarakat. Dari ibu-ibu PKK hingga pelaku usaha lokal, semua terlibat untuk menciptakan festival yang tidak hanya meriah, tetapi juga bermakna.
Perayaan Budaya dan Tradisi dalam Festival yang Penuh Warna
Banfest ke-2 menyuguhkan beragam kegiatan selama 11 hari, dari tanggal 1 hingga 12 Juli 2025. Festival ini menjadi tempat berkumpul yang ideal bagi semua kalangan untuk merayakan dan melestarikan kebudayaan setempat dengan cara yang menyenangkan.
Berbagai lomba permainan tradisional seperti adu layangan, mekoret antar banjar, dan mepentet menjadi daya tarik utama festival. Kenangan masa lalu kembali hidup melalui permainan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Pesta kuliner pun hadir dalam perayaan ini, menampilkan lomba memasak sate dan lawar yang menggugah selera. Puncak kemeriahan ditunjukkan dalam lomba penjor hias yang mencerminkan kearifan lokal dan estetika budaya Bali.
Di panggung utama, beragam pertunjukan menarik dari baleganjur dan gong kebyar mewarnai acara. Penampilan mereka tidak hanya menghibur tetapi juga memperkuat identitas budaya yang terus dipelihara dengan baik oleh masyarakat setempat.
Puncak Banfest akan ditutup pada 12 Juli dengan penampilan grup band lokal yang siap menghibur penonton. Kombinasi antara irama modern dan tradisional akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi pengunjung festival.
Keyakinan dan Harapan Bupati untuk Pelestarian Budaya
Bupati Sanjaya dengan tegas menyatakan, “Warisan Bali adalah budaya, dan budaya itu tidak akan hilang.” Pernyataan ini mengekspresikan keyakinannya bahwa jika budaya dipelihara dengan baik, maka identitas lokal tidak akan punah meskipun zaman terus berubah.
Beliau juga mengajak masyarakat untuk lebih memahami makna festival ini sebagai platform untuk memperkuat solidaritas sosial serta mempromosikan produk lokal. Dalam konteks ini, Banfest bukan sekadar acara, tetapi juga sebuah gerakan untuk meningkatkan daya saing daerah.
Dengan semangat ini, Bupati menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk mendukung kegiatan yang berbasis kebudayaan. Ini merupakan bagian dari visi yang lebih besar untuk menciptakan Tabanan yang Aman, Unggul, dan Madani.
Melalui Banfest ke-2, masyarakat dipanggil untuk bersama-sama menjaga dan merayakan budaya yang telah menjadi warisan berharga. Semangat kebersamaan ini diharapkan dapat menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan mendukung pertumbuhan daerah secara keseluruhan.
Banfest ke-2 merefleksikan kekuatan budaya sebagai denyut nadi dari suatu masyarakat. Melalui festival ini, terbangunlah harapan baru bagi masa depan yang gemilang dengan dasar dari pelestarian dan promosi budaya lokal yang berkelanjutan.