www.rekamfakta.id – Mulyono, seorang alumni Fakultas Kehutanan dari Universitas Gadjah Mada, baru-baru ini menghadiri Reuni Akbar di kampusnya dan berbagi kisah mengenai masa kuliahnya bersama Presiden Joko Widodo. Dalam kesempatan tersebut, ia mengungkapkan kehangatan kenangan saat bersama Jokowi, meskipun tidak ingin terjebak dalam spekulasi tentang kemiripan nama mereka.
“Saya tahu siapa Jokowi dan kami pernah kuliah bersama, itu yang terpenting,” kata Mulyono dengan nada akrab. Ia menceritakan bahwa sistem pendidikan di UGM pada masa mereka tidak tersegmentasi seperti sekarang ini dan membahas bagaimana mereka menjalani masa-masa itu.
Ia menambahkan, “Dulu, kami tidak terbagi-bagi jurusan seperti saat ini. Saya mengambil skripsi di bidang ekonomi manajemen, padahal saya Fakultas Kehutanan. Ada banyak disiplin ilmu yang bersinggungan.”
Mulyono lulus pada tahun 1987, sementara Jokowi meraih gelar lebih cepat. “Pak Jokowi lulus lebih awal dan mendapat nilai bagus. Saya ingat, meskipun kami tak bertemu lama, kenangan itu tetap melekat dalam ingatan,” ujarnya.
“Dia selalu ingat dan menyapa ketika bertemu. Ketika sudah menjadi pejabat pun, beliau masih menyapa,” tambah Mulyono dengan senyuman. Hubungan mereka tampaknya tetap hangat meskipun waktu dan jarak memisahkan.
Keterbatasan Komentar Terkait Isu Ijazah Jokowi
Mulyono memilih untuk tidak mengomentari isu yang berkaitan dengan keaslian ijazah Jokowi. “Isu tersebut bukan urusan saya. Ijazah itu adalah urusan pribadi masing-masing,” tegasnya, menandaskan sikap profesionalnya terhadap kabar tersebut.
Dalam kesempatan ini, Mulyono mendiskusikan pentingnya fokus pada prestasi dan nilai-nilai yang lebih dalam daripada sekadar bukti fisik pendidikan. “Saya memiliki ijazah yang sah dari kampus, dan itu cukup bagi saya,” ungkapnya.
Ketika ditanya tentang apakah ia pernah melihat ijazah Jokowi, Mulyono menjawab, “Saya tidak pernah melihatnya. Kami memang pernah kuliah bersama, tapi urusan pribadi seperti itu tidak perlu diungkit.”
Pendapatnya mencerminkan prinsipnya yang mengedepankan integritas dan menghormati privasi. Mulyono lebih memilih untuk menjauh dari isu sensitif yang tidak ada kaitannya dengan pengalaman positif mereka di kampus.
Perjalanan Karir Mulyono di Dunia Kehutanan
Sejak menyelesaikan pendidikan, Mulyono telah menjajal berbagai pekerjaan di sektor kehutanan. Ia menceritakan pengalaman kerjanya di berbagai daerah, mulai dari Sumatera hingga Papua, yang membentuknya menjadi profesional yang handal di bidangnya. “Saya sangat mencintai pekerjaan saya, jadi setiap tantangan terasa seperti bagian dari pengalaman belajar,” tambahnya.
Setelah bertahun-tahun bergerak di berbagai tempat, Mulyono akhirnya memilih untuk menetap di Jambi sejak tahun 2003. “Jambi menawarkan banyak peluang, dan saya merasa bisa berkembang di sini,” ujarnya. Bagi Mulyono, memilih lokasi pekerjaan bukan hanya soal karir, tapi juga tentang kenyamanan dan kesempatan untuk berkontribusi.
Sekarang, ia aktif di sektor swasta, khususnya di bidang survei kehutanan. “Saya berada di lapangan, melakukan survey dan mengelola area kehutanan,” ungkapnya dengan penuh semangat. Menurutnya, tantangan di lapangan membuatnya selalu berinovasi dan meningkatkan kompetensi.
Mulyono menekankan bahwa dalam dunia kehutanan, kemajuan teknologi dan manajemen yang efektif sangat penting. “Sektor ini membutuhkan orang-orang yang mau belajar dan beradaptasi. Saya berharap generasi muda juga mau terlibat di bidang ini,” pintanya.
Pentingnya Pendidikan dan Kenangan Masa Kuliah
Meskipun fokus pada karir saat ini, Mulyono tetap mengingat masa kuliah sebagai fondasi penting dari kehidupannya. “Pengalaman belajar dan bersosialisasi di kampus sangat berarti bagi saya. Itu saat-saat yang sulit untuk dilupakan,” kenangnya.
Ia percaya bahwa pendidikan bukan hanya tentang gelar, tetapi juga tentang relasi dan pengalaman yang didapat selama proses belajar. “Banyak yang saya pelajari selama kuliah yang tidak ada di dalam buku,” ungkapnya. Momen kebersamaan dan ketegangan saat ujian diingat sebagai bagian dari perjalanan yang memperkuat karakter dan ketahanan mentalnya.
Sikap positif dan pengalaman masa kuliah menjadi bekal bagi Mulyono dalam menjalani kehidupannya. “Saya harap anak-anak muda bisa merasakan hal yang sama, untuk belajar dan menjalin relasi yang baik di lingkungan kampus,” pesannya kepada generasi mendatang.
Mulyono berharap, ke depan, Fakultas Kehutanan UGM tetap menjadi ladang ilmu yang memproduksi lulusan berkualitas. “Kami semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan mengembangkan sektor kehutanan. Mari bersama kita wujudkan hal itu,” tutupnya dengan penuh harapan.