www.rekamfakta.id – Masalah sampah di Bali telah menjadi isu yang semakin mendesak, tak lagi sekadar tumpukan limbah, melainkan suatu krisis lingkungan yang membutuhkan solusi inovatif. Di tengah tantangan ini, muncul inisiatif dari Kedonganan yang menunjukkan bahwa sampah dapat diubah menjadi peluang ekonomi yang berarti melalui kolaborasi masyarakat dan dukungan dari pihak-pihak yang berkepentingan.
Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus mengambil langkah proaktif menghadapi problem tersebut. Sejak 2022, mereka meluncurkan program Ecoreligion Enviro Management System di Kedonganan Ngardi Resik, yang berfokus pada pengelolaan sampah yang lebih efisien dan berkelanjutan.
Inisiatif ini berfungsi sebagai penggerak utama untuk mengurangi volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA). Dengan memperkenalkan sistem pengelolaan yang inovatif, program ini tidak hanya menyediakan solusi lingkungan tetapi juga menciptakan nilai ekonomi bagi masyarakat.
Program ini sejalan dengan Peraturan Gubernur yang mengutamakan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dari sumbernya. Dengan konsep ini, TPS3R Kedonganan Ngardi Resik mengambil peran penting dalam mengelola sampah di wilayah tersebut, menjadikannya sebagai model bagi daerah lain.
Di TPS3R Kedonganan, berbagai macam sampah dipilah dan dikelola secara terpisah, memastikan sampah anorganik seperti botol plastik dan kertas dijual kembali, sementara sampah organik diolah menjadi kompos yang bermanfaat. Inisiatif ini tidak hanya berorientasi pada lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Peran Sosial Ekonomi dalam Pengelolaan Sampah
Dampak sosial ekonomi dari program ini sangat signifikan dan mengubah cara pandang masyarakat terhadap sampah. Saat ini, banyak Kepala Keluarga di Kedonganan yang terlibat aktif dalam program ini, diberdayakan melalui pelatihan dan penyediaan pekerjaan yang layak.
Dengan jumlah keluarga yang berpartisipasi mencapai 5,8% dari total populasi, para anggota TPS3R kini mendapatkan upah yang setara dengan Upah Minimum Provinsi (UMP) Bali. Jumlah anggota langsung yang terlibat adalah 25, sementara hampir 3.249 warga lainnya telah merasakan manfaat dari lingkungan yang lebih bersih.
Melalui program ini, sekitar 952 keluarga kini menjadi pelanggan tetap dan mengelola sampah rumah tangga mereka dengan lebih baik. Ini adalah langkah signifikan dalam mengurangi pencemaran yang sebelumnya terjadi akibat tumpukan sampah di berbagai lokasi.
Inovasi Digital dalam Pengelolaan Sampah di Bali
TPS3R Kedonganan Ngardi Resik juga memelopori penggunaan teknologi digital dalam pengelolaan sampah. Menariknya, mereka adalah fasilitas pertama di Bali yang mengimplementasikan sistem barcode pada setiap tong sampah di rumah warga, memberikan inovasi yang unik dalam pengawasan pemilahan sampah.
Melalui sistem barcode ini, pemantauan terhadap pemilahan sampah baik organik maupun anorganik menjadi lebih mudah. Selain itu, ada insentif bagi pelanggan yang paling disiplin dalam mengikuti aturan pengelolaan sampah, menciptakan motivasi untuk berpartisipasi aktif.
Di sisi lain, para pelanggan yang tidak mengikuti aturan dikenakan sanksi, yang semakin meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang tepat. I Wayan Widiantara, ketua TPS3R ini, merasa bangga dengan perubahan yang terjadi di komunitasnya.
Komunitas sebagai Kunci Keberhasilan Pengelolaan Sampah
Dari hari ke hari, TPS3R Kedonganan mengumpulkan rata-rata 9 ton sampah, di mana 200-400 kg di antaranya adalah sampah organik yang diubah menjadi kompos. Sementara itu, 200-300 kg sampah anorganik diperjualbelikan, meraih pendapatan bagi warga setempat.
Meskipun persentase sampah yang berhasil dikelola masih terus ditingkatkan, semangat masyarakat untuk memilah sampah dari sumbernya tidak pernah surut. Ahad Rahedi, manajer komunikasi Pertamina Patra Niaga, menegaskan bahwa keberhasilan program ini adalah sebuah bukti nyata bahwa kolaborasi masyarakat sangatlah penting.
Pihaknya optimis bahwa dengan keterlibatan masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta, pengelolaan sampah berkelanjutan di Bali bukanlah mimpi belaka. Harapannya agar semangat gotong royong dan kesadaran untuk memilah sampah terus tumbuh demi terciptanya lingkungan Bali yang bersih dan sehat.