www.rekamfakta.id – Yogyakarta – Di usia yang masih belia, 19 tahun, Sahil Jha, seorang aktivis lingkungan dari India, sedang menjalani semangat petualangan yang luar biasa. Dengan sepeda sebagai kendaraannya, ia melintasi berbagai negara untuk menyuarakan pentingnya perlindungan tanah demi masa depan umat manusia.
Setelah memulai perjalanannya dari Australia, ia kini berada di Yogyakarta, kota bersejarah yang kaya akan budaya. Perjalanan ini bukan sekadar hobi, tetapi merupakan misi mulia untuk menyelamatkan tanah dari ancaman degradasi yang semakin mengkhawatirkan.
Sahil memulai ekspedisi ini pada 21 Maret 2024, menempuh rute panjang dari Bundaberg di Australia hingga menginjakkan kaki di berbagai kota di Indonesia. Setiap tempat yang disinggahinya menjadi saksi perjuangan dan upaya penggalangan kesadaran tentang pentingnya tanah.
“Impian saya sederhana,” tegas Sahil saat berinteraksi dengan wartawan di Yogyakarta. “Saya ingin meningkatkan kadar bahan organik di tanah pertanian global dengan harapan dapat mengamankan masa depan pangan dan keanekaragaman hayati.”
Dia menjelaskan bahwa krisis merusak tanah ini kini menjadi isu yang harus diperhatikan seluruh lapisan masyarakat. “Penting bagi kita untuk menyadari bahwa tanah subur kian berkurang akibat kerusakan lingkungan, urbanisasi, dan praktik pertanian yang tidak berkelanjutan,” tambahnya.
Sahil menggarisbawahi urgensi dari upaya ini, menjelaskan bahwa langkah nyata harus diambil sekarang sebelum terlambat. “Jika kita tidak segera bertindak, masa depan pemenuhan gizi dan keamanan pangan untuk generasi mendatang akan terancam,” ujarnya tegas.
Secara mendalam, ia menekankan bahwa tanah yang sehat sangat vital bagi kehidupan di planet ini. “Krisis tanah berimbas pada ketersediaan air, ketahanan pangan, serta semakin memperburuk dampak perubahan iklim,” ujarnya dengan penuh passion.
Pentingnya Kesadaran Global dalam Melindungi Tanah
Di setiap negara yang ia kunjungi, Sahil tidak hanya mengayuh sepeda, tetapi juga berupaya menjalin dialog dengan berbagai kalangan. Ia bertemu dengan pelajar, akademisi, dan pejabat pemerintah untuk membahas minimnya perhatian terhadap regulasi tanah yang mendukung kesuburannya.
“Kita perlu membangun kesadaran besar-besaran agar kebijakan yang melindungi tanah dapat diterapkan,” jelasnya. “Inilah sebabnya saya menggunakan sepeda, untuk membangun koneksi dengan orang-orang yang saya temui.”
Sahabat-sahabat baru dalam perjalanan ini membuat Sahil merasa lebih optimis, khususnya di Indonesia. Ia menerima sambutan hangat dari masyarakat setempat, termasuk dari universitas, pelajar, hingga komunitas lingkungan.
Yogyakarta menjadi salah satu titik penting dalam ekspedisinya, di mana ia bisa merasakan kekuatan dari solidaritas lokal. Salah satu dukungan signifikan datang dari Universitas Gadjah Mada yang menandatangani Nota Kesepahaman dengan gerakan Save Soil yang digagasnya.
“Saya terinspirasi oleh sambutan yang luar biasa di Indonesia,” ungkap Sahil dengan senyuman. “Sejak saya berkeliling dunia, saya merasakan keramahan yang membuat saya merasa diterima.”
Inspirasi Perjalanan: Dari Sadhguru Hingga Ekspedisi Global
Perjalanan Sahil bukan hanya sekedar fisik; itu juga perjalanan spiritual yang dipengaruhi oleh sosok inspiratif, Sadhguru. Tokoh spiritual ini pernah melakukan perjalanan melalui sepeda motor dari London ke India di usia 65 tahun, menimbulkan semangat bagi Sahil untuk menempuh jalan yang sama dengan sepeda.
Dengan memilih sepeda, Sahil menunjukkan komitmennya yang mendalam terhadap bumi, bukan hanya sebagai alat transportasi, tetapi simbol dari dedikasinya untuk melindungi lingkungan. “Ini adalah sebuah perjalanan untuk memberi makna pada setiap langkah yang saya ambil,” ujar Sahil.
Menjelang berlanjutnya perjalanan yang diharapkan mencapai 15.000 kilometer dalam waktu sekitar 14 bulan, Sahil menyampaikan pesan penting kepada para pemimpin dunia. “Saya berharap mereka akan membuat kebijakan yang mendorong peningkatan bahan organik tanah,” katanya.
Sebelum meninggalkan Indonesia, ia ingin menawarkan harapan tanpa henti untuk masa depan keberlanjutan pertanian global. “Ini bukan hanya soal keuntungan bagi petani, tetapi juga untuk seluruh umat manusia,” tambahnya.
Selama kurang lebih 20 hari di Indonesia, Sahil melanjutkan perjalanannya dengan harapan bahwa setiap langkah yang diambil dapat menciptakan dampak positif bagi masa depan planet ini. Misinya terus berlanjut, satu pedal demi satu perubahan, untuk bumi yang lebih sehat bagi kehidupan kita semua.