• Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
Kamis, 21 Agustus 2025
  • Login
No Result
View All Result
Rekamfakta.id
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif
No Result
View All Result
Rekamfakta.id
No Result
View All Result

Ironi Nelayan Indonesia di Negara Maritim dan Agraris Namun Harga Ikan serta Pangan Tinggi Karena Kapitalisme

Ironi Nelayan Indonesia di Negara Maritim dan Agraris Namun Harga Ikan serta Pangan Tinggi Karena Kapitalisme

BacaJuga

KPMB Kecam Tanam Mangrove Bersama Purnawirawan TNI dan Pengembang sebagai Gimik Belaka

KPMB Kecam Tanam Mangrove Bersama Purnawirawan TNI dan Pengembang sebagai Gimik Belaka

NPI Kritik Narasi Aksi Buruh yang Hambat Investasi

NPI Kritik Narasi Aksi Buruh yang Hambat Investasi

www.rekamfakta.id – Indonesia, sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam, seharusnya mampu memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya dengan baik. Namun, kenyataannya, harga kebutuhan pokok semakin melambung tinggi dan hal ini menjadi sebuah ironi yang mencolok.

Ketua Advokasi Persaudaraan Tani-Nelayan Indonesia (PETANI), Tunjung Budi Utomo, mengungkapkan kekhawatiran terkait masalah ini. Ia menilai bahwa komoditas pangan seperti beras, daging, sayur, dan ikan seharusnya bisa didapatkan dengan mudah oleh masyarakat.

Tunjung berpendapat bahwa akar dari masalah ini lebih dalam daripada sekadar distribusi. Persoalan ini berasal dari dominasi kelompok kapitalisme yang telah mengubah petani, nelayan, dan peternak menjadi konsumen belaka.

Dalam pandangannya, perubahan ini telah mengganggu tatanan sosial masyarakat. Ketika dulunya masyarakat kuat dalam produksi pangan, kini mereka teralienasi dari sektor tersebut dan dipaksa untuk bergantung pada pasar.

Lebih lanjut, Tunjung juga mengritik praktik reklamasi pantai yang semakin masif. Ia menyoroti bagaimana pembangunan hunian mewah di sepanjang pesisir menghancurkan akses masyarakat terhadap lahan dan sumber pangan yang sebelumnya ada.

Reklamasi yang dilakukan oleh kelompok kapital besar jelas berdampak langsung pada kehidupan masyarakat pesisir. Nelayan kehilangan ruang untuk menangkap ikan, sementara petani kehilangan lahan untuk bercocok tanam.

Akibatnya, masyarakat menjadi semakin sulit untuk mengakses pangan yang murah dan sehat. Tunjung mendorong pemerintah untuk segera mengambil langkah korektif. Ia meminta agar kedaulatan pangan harus kembali berfokus pada produksi oleh rakyat, bukan hanya pada kepentingan segelintir orang.

“Kita perlu keberpihakan yang nyata dari pemerintah,” imbuh Tunjung. Ia menekankan bahwa tanpa tindakan nyata, cita-cita sebagai negara maritim dan agraris hanya akan tinggal slogan belaka.

Perubahan Sosial dan Dampaknya terhadap Petani dan Nelayan

Dalam konteks sistem kapitalisme, ketika kompetisi semakin ketat, kecil kemungkinan petani dan nelayan dapat bertahan. Mereka sering kali terpaksa menjual hasil produksi dengan harga murah demi mengikuti tren pasar yang ditentukan oleh para kapitalis.

Petani yang seharusnya menjadi penguasa lahan kini berjuang keras untuk mendapatkan hak atas tempat tinggal dan komoditas mereka sendiri. Kondisi ini semakin memperburuk penghidupan mereka yang sudah sulit.

Transformasi ini juga menciptakan kesenjangan sosial yang semakin lebar. Masyarakat pedesaan yang pernah mandiri dalam produksi kini menjadi tergantung pada impor dan pasar luar.

Hal ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan ekonomi lokal. Jika petani dan nelayan tidak diperhatikan, kita akan melihat lebih banyak generasi muda yang meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di kota besar.

Proses urbanisasi yang cepat ini memiliki efek domino yang tidak bisa diabaikan. Banyak masyarakat bergerak ke perkotaan untuk mencari peluang lebih baik, sehingga semakin menggerus jumlah tenaga kerja yang ada di sektor pertanian dan perikanan.

Reklamasi dan Kehilangan Akses kepada Sumber Daya Alam

Penguasaan ruang hidup masyarakat pesisir oleh korporasi melalui reklamasi telah menjadi isu penting. Tunjukkan bahwa pemanfaatan ruang yang tidak berkelanjutan ini berpotensi mengancam kelangsungan hidup masyarakat setempat.

Reklamasi pantai untuk pembangunan hunian mewah dan pusat perdagangan seringkali mengabaikan hak-hak masyarakat. Masyarakat yang bergantung pada sumber daya pesisir seperti ikan tidak lagi memiliki tempat untuk beraktivitas.

Konsekuensi dari tindakan ini bukan hanya hilangnya lapangan kerja, tetapi juga hilangnya budaya dan identitas masyarakat pesisir. Kearifan lokal yang telah terbangun selama bertahun-tahun nyaris lenyap.

Oleh karena itu, ada urgensi mendesak untuk meninjau kembali kebijakan yang ada. Perlunya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan perlindungan terhadap sumber daya alam menjadi suatu keharusan.

Penting bagi masyarakat untuk memiliki suara dalam pengambilan keputusan yang berdampak pada kehidupan mereka. Tanpa partisipasi aktif dari masyarakat, pembangunan yang dilakukan justru dapat menambah permasalahan yang ada.

Pentingnya Kedaulatan Pangan dan Ketahanan Pangan Masyarakat

Kedaulatan pangan menjadi isu yang semakin krusial di tengah tantangan globalisasi. Sistem pangan yang berkelanjutan tidak hanya menguntungkan petani, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan.

Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung petani dan nelayan kecil. Dengan memberikan akses terhadap sumber daya dan dukungan keuangan, mereka bisa mandiri dalam menghasilkan pangan untuk kebutuhan sendiri dan masyarakat.

Ketahanan pangan tidak bisa diabaikan dalam konteks masa depan bangsa. Ketersediaan pangan yang cukup dan berkualitas menjadi kunci untuk menjaga kesehatan masyarakat.

Perlu adanya sinergi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta dalam upaya mewujudkan kedaulatan pangan. Tanpa kolaborasi yang baik, cita-cita tersebut akan sulit tercapai.

Dengan kesadaran dan tindakan kolektif, masyarakat dapat berperan aktif dalam menentukan arah pembangunan yang lebih adil dan berkelanjutan. Sudah saatnya semua pihak bersatu untuk mewujudkan sistem pangan yang berbasis rakyat.

Previous Post

Sultan HB X Tanggapi Santai Pemotongan Danais DIY 2026 Penghematan Semua Kena

Rekomendasi

Donor Darah Serentak Merayakan 55 Tahun Astra Motor

Donor Darah Serentak Merayakan 55 Tahun Astra Motor

Sinergi Polri dan Kemenimipas Tingkatkan Kinerja Layanan Publik

Sinergi Polri dan Kemenimipas Tingkatkan Kinerja Layanan Publik

Hadapi Malut United, Mirza Mustafic Targetkan Poin Maksimal

Hadapi Malut United, Mirza Mustafic Targetkan Poin Maksimal

Komitmen Sinergi Pangdam Udayana untuk Keamanan dan Kesejahteraan Bali dan Nusa Tenggara

Komitmen Sinergi Pangdam Udayana untuk Keamanan dan Kesejahteraan Bali dan Nusa Tenggara

Menuju 80 Tahun Kemerdekaan RI: Indonesia Belum Bisa Menandingi Tekanan Geopolitik AS

Menuju 80 Tahun Kemerdekaan RI: Indonesia Belum Bisa Menandingi Tekanan Geopolitik AS

Kolaborasi Astra Motor Teuku Umar dan Pangkalan TNI AL Denpasar Diperkuat

Kolaborasi Astra Motor Teuku Umar dan Pangkalan TNI AL Denpasar Diperkuat

Innalillahi Rektor UMY 2012-2016 Prof Bambang Cipto Telah Meninggal Dunia

Innalillahi Rektor UMY 2012-2016 Prof Bambang Cipto Telah Meninggal Dunia

Sidebar

Kategori

  • Baliraya
  • Iptek
  • Nasional
  • Otomotif
  • Regional
Rekamfakta.id

© 2025 rekamfakta.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Navigate Site

  • Hubungi Kami
  • Tentang Kami
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Regional
  • Baliraya
  • Iptek
  • Otomotif

© 2025 rekamfakta.id – Seluruh hak cipta dilindungi undang-undang.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In