www.rekamfakta.id – Yogyakarta – Ruvarashe Rambwawasvika, yang lebih dikenal sebagai Ruru, merupakan salah satu mahasiswa internasional yang datang ke Indonesia untuk mengejar ilmunya. Mahasiswi berusia 26 tahun asal Zimbabwe ini memilih Fakultas Biologi di Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai tempat melanjutkan studi magister.
Ia tiba di Yogyakarta pada akhir Oktober tahun lalu, membawa impian besar untuk menjadi peneliti dan dosen di negara asalnya. Keputusannya untuk menempuh pendidikan di UGM tidak terlepas dari reputasi baik fakultas tersebut di bidang Biologi, yang ia ketahui melalui penelitian pribadi dan rekomendasi teman-temannya.
Ruru memperoleh dukungan dari beasiswa bergengsi Kemitraan Negara Berkembang (KNB), yang mencakup biaya kuliah, biaya hidup, serta program persiapan bahasa dan budaya Indonesia. Latar belakang akademisnya ditunjang oleh keyakinan bahwa lingkungan akademik di Indonesia akan mendukung proses belajarnya.
Tanpa menutup kemungkinan adanya tantangan, Ruru menyadari bahwa berpindah dari negara beriklim empat musim ke iklim tropis bukanlah hal mudah. Namun, ia menerima tantangan itu dengan penuh semangat dan keinginan untuk beradaptasi.
Ruru mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada masyarakat lokal yang hangat dan selalu siap membantu. Namun, tantangan terbesarnya adalah bahasa, karena sebagian besar perkuliahan berlangsung dalam bahasa Indonesia yang menjadi kendala tersendiri baginya.
Meskipun demikian, ia merasa beruntung karena dosen memberikan fleksibilitas untuk mengerjakan tugas dan ujian dalam bahasa Inggris. “Proses pembelajaran bahasa yang bertahap juga mempermudah adaptasi saya,” tambahnya.
Proses Adaptasi dan Manfaat Budaya Lokal
Setelah beberapa waktu tinggal di Yogyakarta, Ruru mulai menemukan kenyamanan dalam kuliner lokal. Makanan Indonesia, terutama nasi goreng, mulai digemarinya meskipun pada awalnya ia merasa rasanya terlalu manis. Pelan-pelan, ia menikmati berbagai masakan yang ditawarkan.
Untuk mengatasi rasa rindu akan masakan Zimbabwe, Ruru kadang kali mendapatkan kiriman fufu, makanan pokok berbahan dasar jagung, dari teman-temannya yang berada di Malang. Hal ini menjadi salah satu cara untuk tetap terhubung dengan budaya dan cita rasa negaranya.
Pentingnya adaptasi budaya menjadi pelajaran berharga bagi Ruru. Ia melihat jalur belajar yang dihadirkan UGM bukan hanya tentang materi akademik, tetapi juga pengalaman kebudayaan yang sangat berharga. Berinteraksi dengan teman-teman dari berbagai latar belakang, ia belajar lebih banyak tentang keragaman dan toleransi.
Di tengah proses penyesuaian, Ruru juga aktif terlibat dalam kegiatan sosial kampus. Hal ini tidak hanya membantunya beradaptasi, tetapi juga menjadi jembatan untuk membangun relasi sosial yang lebih luas. Berbagai kegiatan di luar kelas membuat pengalamannya di Yogyakarta semakin kaya dan beragam.
Dengan semangat yang tak tergoyahkan, Ruru berfokus pada studinya sambil tetap menikmati pengalaman baru yang ditawarkan oleh lingkungan sekitarnya. Ia berharap dapat belajar sebanyak mungkin untuk berbagi pengetahuan ketika kembali ke Zimbabwe.
Konsentrasi Pariwisata Akademik di Indonesia
Ruru memiliki ketertarikan khusus dalam bidang parasitologi biomedis. Ia percaya bahwa kekayaan biodiversitas Indonesia dapat menjadi kesempatan langka untuk melakukan penelitian. Selama dua tahun ke depan di UGM, ia berencana untuk mendalami biokimia dan metode laboratorium molekuler.
“Indonesia memiliki banyak spesies unik yang tidak ditemukan di Zimbabwe. Ini adalah peluang emas bagi saya untuk melakukan perbandingan yang produktif dalam penelitian parasitologi,” ungkapnya. Ruru merasa bahwa penelitian yang berfokus pada parasit, terutama yang berkaitan dengan darah dan air, masih memerlukan perhatian lebih.
Meskipun merindukan rumah, Ruru merasa beruntung memiliki dukungan yang kuat dari komunitas di UGM. Teman-teman dan staf pengajar selalu siap memberikan bantuan dan motivasi kepada Ruru selama menjalani studi. Rasa kebersamaan ini membuatnya merasa lebih nyaman dan optimis.
Setelah menyelesaikan studinya di UGM, Ruru memiliki rencana untuk kembali ke Zimbabwe. Ia ingin berkontribusi dalam pengembangan departemennya dan meningkatkan praktik pengelolaan lingkungan di sana. “Dosen dan teman-teman di kampus sangat mendukung tujuan saya,” tuturnya.
Keberadaannya di UGM tidak hanya sekadar untuk akademik, tetapi juga membuka peluang untuk kolaborasi ilmiah antara Zimbabwe dan Indonesia. Ia berharap dapat menjalin kerja sama yang lebih erat dalam bidang penelitian di masa depan.
Peluang dan Harapan di Masa Depan
Ruru melihat perjalanan studinya di UGM sebagai langkah awal untuk menciptakan dampak nyata dalam bidang akademik. Ia optimis akan mampu membawa ilmu pengetahuan yang didapatnya untuk digunakan demi kemajuan negaranya. Keberanian dan tekadnya adalah contoh nyata semangat generasi muda untuk maju.
Ia berharap dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam penelitian bola dunia kesehatan, spesifiknya tentang parasitologi. Ruru melihat potensi besar dalam memperluas pengetahuan tentang parasit yang ada di lingkungan Zimbabwe berdasarkan pengalamannya di Indonesia.
Ruru juga membayangkan bagaimana ia dapat berperan dalam program pengembangan lingkungan di Zimbabwe. Harapannya adalah untuk menerapkan metode-metode baru yang ia pelajari selama di UGM untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengelolaan lingkungan yang baik.
Di samping itu, Ruru ingin memberikan motivasi kepada generasi muda di Zimbabwe untuk mengejar pendidikan tinggi, bahkan di luar negeri. Ia percaya bahwa pendidikan adalah kunci untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi negara mereka.
Perjalanan Ruru di UGM adalah contoh nyata bagaimana pendidikan dapat menjadi jembatan antar budaya dan pengetahuan. Ia siap untuk menggapai cita-citanya dan memberikan dampak positif baik di Zimbabwe maupun di dunia internasional. Ruru berharap kolaborasi ilmiah yang telah dibangun selama di Indonesia dapat berlanjut dan berkembang di masa depan.